photo cooltext939952766_zps2b70a46e.png

Pages - Menu

Welcome to my blog guys

Minggu, 26 April 2015

Psikologi Pendidikan


Disusun Oleh:
Nama: Dian Mas Utami
NIM: 11140182000032
Kelas: MP 2A
Program Studi Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
A.  Definisi Psikologi Pendidikan
Menurut Witherington :

Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Ensiklopedia amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prisip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien dalam pendidikn.[1]
(Whiterington, 1982:10)


Menurut pendapat saya, psikologi pendidikan merupakan suatu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran di dalam lingkungan pendidikan.  Selain itu psikologi pendidikan juga merupakan studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar.
Ayat al-qur’an yang berhubungan dengan pendidikan:
Surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)
Psikologi dalam perspektif hadist:
ولو شئنا لا تينا كل نفس هدها....

“Dan kalau kami menghendaki, niscaya kami akan berikan tiap-tiap jiwa petunjuk baginya...”(As-Sajdah:13)
Keduanya memiliki katerkaitan bahwasannya Allah akan memberikan kepada jiwa manusia sebuah petunjuk serta Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman yaitu diantara manusia yang memiliki ilmu yang banyak.

A.  Manfaat psikologi pendidikan

1.    Memahami Perbedaan Siswa (Diversity of Student)

Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

2.    Untuk Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran

Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan oleh seorang guru melalui mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa menyesuaiakan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.

3.    Untuk menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di dalam Kelas

Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,  sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.

4.    Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa

Selain berperan sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi seorang pembimbing yang mempu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Dengan berperan sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa melakukan pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya. Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik dan peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.

5.    Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Tugas utama guru/pendidik adalah mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.    

B.  Metode Psikologi Pendidikan    
  
1. Metode Experimental

Metode ini dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya.
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat “mencemari dan mengotori” hasil penelitian.
Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:
- Ada masalah (problem)
- Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem
- Alternatif jawaban/hipotesis
- Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan
- kesimpulan dan generalisasi.

2. Metode Questionare

Metode ini merupakan suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada suatu kelompok  individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
a. Tidak terlalu memakan biaya.
b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.

Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang menyangsikan.

3. Metode Klinis

Metode ini dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama.

Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:

-> Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
-> Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
-> Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
-> Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti.

4. Metode Case Study

Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik. Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut.

5. Metode Introspeksi

Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.
Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya.

D. Pertumbuhan dan perkembangan



Pertumbuhan dan Perkembangan adalah dua buah kata yang mempunyai maksud hampir sama namun memiliki arti yang berbeda. Semua makhluk hidup atau organisme dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis. Perubahan tersebut terjadi disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan
Pertumbuhan ( Growth ) adalah perubahan kuantitatif ( berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dst ) pada materiil sesuatu akibat dari adanya pengaruh dari lingkungan. Contoh : munculnya gigi baru, semakin bertambahnya jumlah gigi, semakin bertambahnya tinggi badan, dll.

Perkembangan
Perkembangan ( Development ) adalah suatu proses perubahan ke arah kedewasaan atau pematangan yang bersifat kualitatif ( ditekankan pada segi fungsional ) akibat adanya proses pertumbuhan materiil dan hasil belajar dan biasanya tidak dapat diukur. Contoh : pematangan
Sel ovum dan sperma, munculnya kemampuan berdiri dan berjalan, dll.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

1.    Menurut Teori Empirisme 
        Teori empirisme disebut juga teori tabularasa dan environmentalism. Teori ini dipelopori oleh JOHN LOCKE (1632-1704). Menurut teori empirisme, perkembangan individu ditentukan oleh lingkungannya. Teori ini beranggapan bahwa pembawaan itu tidak ada. John Locke menyatakan bahwa pada saat dilahirkan, jiwa individu dalam keadaan kosong (ibarat tabularasa yang belum tertulis), dan lingkunganlah yang akan mengisi kekosongan tersebut.

2.    Menurut Teori Nativisme 
   Teori nativisme dengan tokohnya ARTHUR SCHOPENHASUER (1788-1880), beranggapan bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (pembawaan). Bila individu dilahirkan dengan pembawaan yang baik dengan sendirinya perkembangannya anak baik, dan sebaliknya.

3.    Menurut Teori Konvergensi 
    Teori konvergensi disebut juga teori interaksionisme. Teori ini dikemukakan oleh William Stern (1871-1939). Menurut Stern, perkembangan individu merupakan hasil perpaduan atau interaksi antara faktor pembawaan dengan faktor lingkungan. Pembawaan sudah ada pada masing-masing individu sejak kelahirannya. Dan pembawaan ini tidak dapat berkembangan menjadi kecakapan nyata bila tidak mendapat pengaruh dari lingkungan.

Beberapa prinsip perkembangan yaitu:

a.     Perkembangan merupakan fungsi jasmaniah dan kejiwaan yang berlangsung dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh; 
b.    Setiap individu mempunyai kecepatan perkembangan;
c.     Perkembangan seseorang, baik secara keseluruhan maupun setiap aspek tidak konstan melainkan berirama;
d.    Proses perkembangan dengan mengikuti pola tertentu;
e.    Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan;
f.      Antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek yang lain saling berkaitan atau berkolerasi secara signifikan;
g.    Perkembangan berlangsung dari pola yang bersifat umum ke khusus;
h.    Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan;
i.      Memiliki fungsi kepribadian yang bersifat jasmaniah.

Proses dan periode :
proses biologis, kognitif dan sosioemosional;
Pro

·      Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Proses ini melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak dan perubahan hormonal dimasa puber.
·      Proses kognitif adalah perubahan dari pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Kemampuan anak dalam mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif.
·      Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak perkembangan ketegasan anak perempuan dan perasaan gembira remaja saat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu mencerminkan proses perkembangan sosioemosional.

Periode perkembangan meliputi antara lain:

·      Infancy adalah periode dari kelahiran sampai usia dua puluh empat bulan. Ini adalah masa ketika anak sangat tergantung kepada orang tuanya. Banyak aktivitas seperti perkembangan bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotori dan pembelajaran  sosial baru dimulai.
·      Early childhood (prasekolah) adalah periode dari akhir masa bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini, anak menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah dan banyak menghabiskan waktu bersama teman.
     Middle dan late childhood (masa dasar sekolah) dimulai pada usia enam sampai sebelas tahun. Mulai menguasai keahlian membaca, menulis dan menghitung. Mulai berinteraksi dengan dunia sosial yang lebih luas di luar keluarganya.
·      Adolescence (remaja) adalah transisi dari masa anak-anak ke usia dewasa. Dimulai sekitar usia sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai ke usia delapan belas atau dua puluh tahun. Mengalami perubahan fisik yang cepat, termasuk bertambahnya tinggi dan berat badan serta perkembangan fungsi seksual. Dimasa ini, individu semakin ingin bebas dan mencari jati diri. Pemikiran mereka menjadi semakin abstrak, logis dan idealitas.
     Early adulthood diumulai di akhir usia remaja atau awal usia 20-an sampai ke    usia 30-an. Masa ketika kerja dan cinta menjadi tema utama dalam kehidupan mereka. Individu ini mulai menentukan karir dan biasanya mencari pasangan     untuk membangun rumah tangga atau perkawinan (santrock, 2002).

adapun ayat al-qur'an tentang pertumbuhan dan perkembangan :

Ketika menyatakan bahwa Allah adalah Maha Pencipta, Maha Penjaga dan Maha Pemelihara segala sesuatu, Alquran juga mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata lain, kehidupan manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari pembuahan sampai kematian. Tahapan yang tertjadi dalam pertumbuan dan perkembangannya bukan karena suatu kebetulan namun merupakan sesuatu yang telah dirancang, ditentukan dan ditetapkan langsung oleh Allah. Banyak ayat Alquran yanmg menyatakan hal ini. Salah satunya sebagai berikut:

 الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

... dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan segalanya dengan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqaan 25:2)
pertumbuhan & perkembangan manusia tidak terjadi serta merta dalam satu waktu, namun melalui tahapan yang telah ditentukan ukurannya yang membuatnya berjalan dalam  proses yang berangsur-angsur atau gradual. Ayat berikut ini dengan jelas menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk berkembang dalam tahapan.

مَا لَكُمْ لا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا (١٣) وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا (١٤)
Mengapa kamu tidak percaya kepada kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS. Nuh 71:13-14)

Ibn Kastir melaporkan bahwa Abdullah Ibn Abbass dan lain-lain menrjemahkan ayat ini dalam pengertian bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan ke keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kana-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan tertentu. Tahapan ini secara khusus dinyatakan dalam berbagai ayat Alquran yang lain dengan cara yang lebih rinci. Selain itu Nabi Muhammad saw. Juga menyatakan tahapan ini lebih lanjut dalam beberapa hadist. Jika dianalisis, Alquran dan Hadist secara umum membagi kehidupan manusia (pertumbuhan dan perkembanagan) di dunia menjadi kategori besar, prakelahiran dan pascakelahiran.

E.  Teori Belajar

Menurut Clark C Hull,
Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada pada diri seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif, maksud, ambisi, atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar individu.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang. Jadi pada diri seseorang harus ada motif sebelum belajar terjadi atau dilakukan.
Pendapat saya mengenai teori di atas yaitu Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.  Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek yang ada pada individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman suatu individu itu sendiri.

Adapun ayat yang menjelaskan tentang teori belajar menurut Clark C Hull:

Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur (lihat : Qs. Al- Mujadilah : 11).

(11). يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖوَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚوَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

F.   Intelligensi

Intelligensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir dan dianggap sebagai kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia, yang dengan kemampuan intellegensi ini memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi dapat juga dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis psikis seperti abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat bahasa, dan sebagainya.

Kerangka berfikir dalam multiple intelligensi :


Intelligensi yang dominan dalam diri saya yaitu intelligensi intrapersonal. Intelligensi intrapersonal itu sendiri merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan secara efektif (teolog, psikolog). Berikut cara mengembangkan intelligensi intrapersonal, diantaranya :

1)   Memahami perasaan orang lain. 
2)   Berteman dengan mudah, memberikan kebebasan kepada anak untuk berkenalan dengan teman-teman akan menumbuhkan jiwa sosial pada anak. karena dengan perkenalan yang baik, akan membentuk persahaban yang baik juga.
3)   Bermain antri dan kerjasama. Kemampuan kerjasama dirancang agar anak tidak minder.
4)  Bermain memecahkan masalah sederhana.
5)  Memahami keunikan diri sendiri, setiap anak pasti emiliki keunikan tersendiri untuk itu perlu adanya dorongan bagi anak agar anak bangga terhadap keunikan yang ada dalam diri misalnya panggilah anak dengan namanya sendiri, berilah gelar pada anak. 
6)   Membangun harga diri.
7)   Mengendalikan emosi.
8)  Menggapai cita-cita, ajarilah anak untuk merancang cinta-citanya dapat melalui permainan misalnya menggambar cita-cita diatas kertas.

Adapun ayat yang menjelaskan tentang intelligensi:

“Tsumma rodadnaahu asfala saafiliin”

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna (Q.S. At-Tin: 5).
Secara fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang sangat sempurna, ditambah lagi dengan pemberian akal, maka ia adalah makhluk jasadiyah dan ruhaniyah.  Akal yang dianugrahkan kepada manusia memiliki tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda.
Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuanIntelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak semua orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi itu memiliki kemampuan adaptasi, sosialisi, pengendalian emosi, dan kemampuan spiritual. Banyak orang yang memiliki kecerdasan IQ, namun ia tidak memiliki kemampuan untuk bergaul, bersosialisai dan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Banyak juga orang yang memiliki kemampuan IQ, tapi ia tidak memiliki kecerdasan dalam melakukan hal-hal yang dapat menentukan kebehasilannya di masa depan, prioritas-prioritas apa yang mesti dilakukan untuk menuju sukses dirinya.

E.  Motivasi

 Motivasi merupakan proses yang memeberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (santrock, 2007) 

Faktor yang dapat mempengaruhi motivasi eksternal dan internal dalam manajemen pendidikan:



Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan diluar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah pendapat bahwa manusia disamping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik, yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu diluar nalar yang biasanya disebut naluri atau insting (chaplin, 2001)
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari atau tidak disadari pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga sebuah keseimbangan hidup. Jika keseimbangan ini terganggu maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan kondisi tubuh. Aktivitas penjagaan keseimbangan ini, kadang-kadang terjadi atas dasar fisiologis semata, tanpa disertai kehendak manusia, seperti tubuh mengeluarkan keringat pada saat panas yang tinggi. Namun terkadang aktivitas tersebut berlangsung atas dasar kehendak tertentu, misalnya makan pada saat lapar.
Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, sangat memerhatikan konsep keseimbangan (makhuf, 1958), seperti terdapat dalam ayat-ayat berikut:

(19). وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُون

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S. Al-hijr 15: 19)
ٱلَّذِى خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ

yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan) tubuhmu seimbang. (QS: Al-Infithaar Ayat: 7)

Menurut al-Qurtuby, makna sempurna dan seimbang dalam penciptaan manusia, dipahami sebagai kesempurnaan dan keseimbangan secara menyeluruh yang mencakup semua penciptaan manusia, baik bentuk luar maupun dalam, serta bebagai fungsinya, artinya bahwa hal mencakup pengertian keseimbangan yang di perlukan untuk memelihara diri manusia dan kelangsungan hidupnya.
Sehubung dengan itu, dalam mendefinisikan konsep motivasi ini terdapat kesulitan, karena seperti telah diungkapkan Atkinson, motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih kontroversial. Konsep motivasi semakin sulit didefinisikan, ketika dalam pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaannya terkadang berbeda dalam istilah motivasi. Dan kadang-kadang motif dan motivasi itu digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan karena pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas.

E.  Teori belajar yang di gunakan pada jurusan

Teori belajar yang saya suka dan cocok digunakan pada jurusan saya Manajemen Pendidikan yaitu :

Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

F.  Ciri-ciri guru beraliran Behaviorisme

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek.

Adapun ciri guru beraliran Behavioristik diantaranya:

1.        Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2.        Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)
3.        Mementingkan peranan reaksi (respon)
4.        Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5.        Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6.        Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7.        Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
8.         Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
9.        Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
10.    Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.

G. Ciri guru yang beraliran Humanisme

Ciri-ciri guru yang beraliran humanisme diantaranya :
1.        Merespon perasaan peserta didik
2.        Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.        Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
4.        Menghargai peserta didik
5.        Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.        Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan   kebutuhan segera dari peserta didik)
7.        Tersenyum pada peserta didik. 
8.         Memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
9.         Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
10.    Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

Adapun ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang ciri guru :

اُدْعُ اِلٰـى سَبِيْـــلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَـــةِ الْحَسَنَـةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَـنُ قلى اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْـــلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَـــــدِيْنَ﴿١٢٥﴾

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl:125).



Sumber :
·         Psychology. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon
·         Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
·         Santrock, W.J. 2008. Psikologi Pendidikan: Perangkat Untuk Mengajar Secara Efektif. Kencana