photo cooltext939952766_zps2b70a46e.png

Pages - Menu

Welcome to my blog guys

Sabtu, 13 Juni 2015

Anak Berkebutuhan Khusus


A.           Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,  tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajargangguan prilakuanak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasaanak cacat, dan atau Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
a.        SLB bagian A untuk tunanetra.
b.        SLB bagian B untuk tunarungu.
c.         SLB bagian C untuk tunagrahita.
d.        SLB bagian D untuk tunadaksa.
e.         SLB bagian E untuk tunalaras.
f.         SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan baik permanen maupun temporer yang disebabkan oleh:
a.         Faktor Lingkungan
b.        Faktor dalam diri Anak Sendiri
c.         Kombinasi Keduanya

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menurut para ahli:
Menurut Kanner dalam jamaris bahwa orang yang mengemukakan istilah autisme, anak autis adalah anak yang mengalami outstanding fundamental disorder, sehingga tidak mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, anak autis bersifat menutup diri dan tidak peduli, serta tidak memperhatikan lingkungannya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
A.           Menjelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

1.        Gangguan Penglihatan (Tunanetra) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:
a.    Berdasarkan tingkat gangguannya
1)        Buta total adalah keadaan dimana kedua mata dari seseorang tidak berfungsi lagi sebagaimana semestinya yang disebabkan karena adanya kerusakan pada kornea mata atau terputusnya syaraf mata.
2)        Buta sebagian adalah keadaan dimana salah satu mata dari seseorang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan kerusakan kornea mata atau terputusnya saraf mata.
3)        Low Vision adalah keadaan yang terjadi pada penglihatan seseorang, dimana orang tersebut tidak dapat melihat wujud asli dari suatu benda melainkan hanya berupa bayangan yang kabur dan itupun apabila disekitar benda tersebut terdapat banyak cahaya. Low vision yang semakin parah akan menyebabkan kebutaan total.

b.    Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
1)      Tunanetra sebelum dan sejak lahir yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
2)      Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil yakni mereka yang telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
3)      Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja yakni mereka yang telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
4)      Tunanetra pada usia dewasa yakni mereka yang pada umumnya dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
5)      Tunanetra dalam usia lanjut yakni mereka yang sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

c.    Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
1)        Tunanetra ringan (defective vision/low vision) mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan funsi penglihatan.
2)        Tunanetra setengah berat (partially sighted) mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal
3)        Tunanetra berat (totally blind) mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

d.   Berdasarkan pemeriksaan klinis
1)        Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
2)        Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan  antara 20/70 sampai denhan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
e.         Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
1)        Myopi adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina
2)        Hyperopia adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina.
3)        Astigmatisme adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata.
Penyebab:
a.       Prenetal (sejak dalam kandungan) terjadi karena faktor keturunan, malnutrisi, penyakit ibu, penyakit/luka di otak janin, gangguan lingkungan kehamilan.
b.      Post netal (sejak/setelah kelahiran) terjadi karena faktor kekurangan oksigen pada sistem saraf pusat saat dilahirkan, kelahiran yang dihalangi, kelahiran yang dipaksa, penggunaan alat yang salah saat melahirkan, premaaturitas, malnutrisi, terserang suatu penyakit, kekurangan oksigen, kecelakaan.

2.        Gangguan pendengaran (tunarungu) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:
a.    Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengan bunyi
  Menurut ashman dan Elkins (1994)
1)        Ketunarunguan ringan adalah kondisi seseorang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB. Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
2)        Ketunarunguan sedang adalah kondisi seseorangmasih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan. Tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid)
3)        Ketunarunguan berat sekali adalah kondisi seseorang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (supperpower).

b.      Berdasarkan lokasi gangguannya menurut Easterbrooks (1997)
1)      Conductive loss adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
2)      Sensorineural loss adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau saraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
3)      Central auditory processing disorder adalah gangguan pada sistem saraf pusat proses auditer mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengar meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinga individu tersebut.

3.        Gangguan mental rendah (tunagrahita) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:
a.    Berdasarkan berat ringannya
1)        Debil (ringan) mempunyai IQ antara kisaran 50 sampai dengan 70, kondisi fisiknya tidak berbeda anak normal lainnya, termasuk kelompok mampu didik artinya bisa didik (diajarkan membaca, menulis dan berhitung) bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 4 SD umum.
2)        Imbesil (sedang) mempunyai IQ antara kisaran 30 sampai dengan 50, termasuk kelompok mampu latih, tampang/kondisi fisiknya sudah dapat dilihat tetapi ada sebagian anak mempunyai fisik normal, biasa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 2 SD umum.
3)        Idiot (berat) mempunyai IQ mereka rata-rata 30 kebawah, sangat rendah intelegensinya sehingga tidak mampu menerima pendidikan secara akademis, termasuk kelompok mampu rawat, dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

b.         Berdasarkan sosial psikologis
1)        Psikometrik ada 4 taraf tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala intelegensi wechsler.
a)        Retardasi mental ringan : seseorang yang memiliki IQ antara 55-69
b)        Retardasi mental sedang : seseorang yang memiliki IQ antara 40-54
c)        Retardasi mental berat : seseorang yang memiliki IQ antara 20-39
d)       Retardasi mental sangat berat : seseorang yang memiliki IQ antara <20

c.         Berdasarkan klinis tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
1)        Down Syindrome (mongoloid) memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
2)        Kretin (cebol) memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3)        Hydrocephalus memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4)        Microcephalus memiliki ukuran kepala yang kecil. penyebabnya :

a.    Prenetal (sebelum lahir) terjadi waktu bayi masih dalam kandungan penyebabnya seperti campek, diabetes, cacar, virus takso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan dan perokok berat.
b.    Natal (waktu lahir) karena proses kelahiran yang terlalu lama sehingga kekurangan oksigen pada bayi, pinggul ibu terlalu kecil sehingga menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak, pada waktu proses melahirkan menggunakan alat bantu.

4.        Gangguan motorik (tunadaksa) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:
a.    Berdasarkan derajat kecacatannya
1)   Ringan : dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas dan dapat menolong diri
2)   Sedang : membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan, mengurus diri dan alat-alat khusus, seperti brace.
3)   Berat : membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara dan menolong diri.

b.         Berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi geraknya
1)   Pastik : adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.
2)   Dyskenesia yang meliputi:
·           A’hetosis adalah penderita yang memperlihatkan gerak tidak terkontrol
·           Rigid adalah kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan.
·           Tremor adalah getaran kecil yang terus menerus pada mata, tangan atau kepala.
3)        Ataxia : gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi.
4)        Jenis campuran : seorang anak mempunyai kelainan dua/ lebih dari tipe diatas


B.       Menguraikan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) - Berdasarkan sejarah panjang yang ada, peraturan hukum yang dibuat, serta pendapat para ahli maka anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai ”Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikatagorikan sebagai anak berkebutuhan khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional” (Suran dan Rizzo, 1979 dalam Mangunsong, F 2009).

Anak berkebutuhan khusus pun menurut Hallahan dan Kauffman (2006) memerlukan pendidikan dan layanan yang khusus agar potensi kemanusiaan yang mereka miliki dapat berkembang. Anak berkebutuhan khusus sudah jelas tampak berbeda dengan anak kebanyakan dalam satu atau lebih hal semisal: adanya keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan berkomunikasi, autisma, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan atau keberbakatan dan kecerdasan istimewa (hal 8, dalam Mangunsong F, 2009). 


Kekhususan yang dikaitkan dengan perbedaan cara belajar tentunya memberikan dampak pada cara menginstruksikan yang berbeda dengan anak yang biasa. Kekhususan yang dialami setiap anak bisa jadi memiliki penyebab, tingkat keparahan, dampak bagi kemajuan pendidikan dan dampak itupun jadi berbeda jika dikaitkan dengan usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup anak tersebut masing-masing.
Ada banyak macam dari anak-anak berkebutuhan khusus, di antaranya adalah sebagai berikut :
  • Anak dengan keterbelakangan mental 
  • Anak dengan keterlambatan perkembangan fisik
  • Anak dengan gangguan emosional dan spektrum autisma
  • Anak dengan hambatan perkembangan kognitif
  • Anak berbakat dan cerdas istimewa
 Anak Dengan Gangguan Perkembangan Mental
American Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan keterbelakang mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata secara bermakna, terlihat memiliki kesulitan dalam perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep, keterampilan sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya yaitu di bawah 18 tahun.

Penyebab terjadinya keterbelakangan mental ini antara lain:
  • Saat prenatal, biasanya dikarenakan adanya abnormalitas dari kromosom. Contohnya adalah Down Syndrome, Fragile X Syndrome, Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol syndrome, Phenylketonuria, Toxoplasmosis.
  • Saat Perinatal, biasanya terjadi selama atau seketika setelah anak lahir. Anak yang lahir prematur dengan berat badan sangat kecil, kekurangan oksigen pada waktu lahir, penggunaan alat bantu seperti forcep yang kurang tepat.
  • Post natal, bisa saja ketika selama kehamilan dan saat kelahiran anak tidak mengalami gangguan apa-apa namun setelah itu anak terjangkit encephalitis, keracunan timbal dan kerusakan otak maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada anak.
Karakteristik dari Anak dengan Keterbelakang Mental
  • Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari penggolongan IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai: 

- Keterbelakangan mental ringan (IQ= 55 – 69) 
-           Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40 -54) 
- Keterbelakangan mental berat (IQ = 25 – 39) 
-           Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25)

Dengan derajat keterbelakang mental yang berbeda itu maka tingkatan dari layanan dukungan buat merekapun menjadi berbeda pula. Kemampuan memori, menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi terbatas.
  • Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
  • Perilaku beradaptasi pun ada mengalami gangguan terutama dalam hal komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari, menikmati waktu senggang, kesehatan dan keselamatan, kemampuan mengarahkan diri, fungsi akademis, dan keterlibatan di masyarakat.
  • Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi.
  • Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang sangat berbeda dengan anak kebanyakan.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar