photo cooltext939952766_zps2b70a46e.png

Pages - Menu

Welcome to my blog guys

Jumat, 29 Mei 2015

Contoh RPP - Psikologi Pendidikan


TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Tujuan : Sebagai aplikasi dari hasil pembelajaran yang telah di lakukan pada mata kuliah Psikologi Pendidikan 
A.  Pengertian Teori Belajar Humanistik




Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadapbehaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensimanusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:

1.      Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2.      Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3.      Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4.      Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.

5.  Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas   


        
Sebagaimana yang telah di rangkum oleh James Bugental di atas dapat di ketahui bahwa pada hakekatnya manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan pilihannya. Karena itu maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. 
Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, tujuannya untuk membangun manusia atau memanusiakan manusia. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Jadi peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator. Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya.




B.                 Tokoh- tokoh Teori Belajar Humanistik 




Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

A.    Arthur W. Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

B.     Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)   Suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)   Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

      Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).

     


Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

C.    Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.


Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.                  Kognitif (kebermaknaan)
2.                  Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.      Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.      Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3.    Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.      Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a.       Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.       Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.       Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.      Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.        Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.        Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.





Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.      Merespon perasaan siswa
2.      Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.      Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.      Menghargai siswa
5.      Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.      Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa
7.      Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Setelah membahas tentang Teori Humanistik di atas maka dapat di terapkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti contoh di bawah ini.

Contoh RPP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan                 : SMP .......
Kelas/Semester                      : VII (Tujuh)/2
Mata Pelajaran                      : Fisika/ IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam)
Materi Pokok                         : Gerak
Kompetensi Dasar                 :
1.1 Mendeskripsikan Gerak, yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
I. Tujuan Pembelajaran           :
 Kognitif                      :
1.      Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian gerak melalui suatu alat peraga.
2.      Siswa mampu menyebutkan macam-macam gerak.
3.      Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian perpindahan, kelajuan dan kecepatan sesuai dengan konsep yang telah mereka pahami melalui suatu alat peraga.
4.      Siswa mampu memisahkan antara kelajuan dan kecepatan.
5.      Siswa mampu emperhatikan soal-soal yang berkaitan dengan perpindahan, kelajuan dan kecepatan.
6.      Siswa mampu mengubah atau mengkonversikan nilai kecepatan ke Satuan Internasional (SI).
7.      Siswa mampu menjelaskan dan mengembangkan pengertian Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) melalaui suatu alat peraga.
8.       Siswa mampu menentukan perbedaan antara Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
9.         Siswa mampu menghubungkan teori yang diberikan dengan soal-soal yang berkaitan dengan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).

Psikomotorik             :
1.   Siswa mampu menunjukan contoh gerak sesuai dengan konsep yang mereka pahami melalui suatu alat    peraga.
2.   Siswa mampu menujukan berbagai contoh gerk dalam kehidupan sehari-hari.
3.   Siswa mampu mempraktekan contoh perpindahan, kelajuan dan kecepatan.
4.   Siswa mampu menghubungkan konsep perpindahan, kelajuan dan kecepatan dengan gerak.
5.   Siswa mampu menentukan hasil perhitungan dari soal-soal yang berhubungan  dengan perpindahan, kelajuan dan kecepatan.
6.   Siswa mampu menangani soal yang berkaitan dengan pengubahan atau pengkonversian kecepatan ke Satuan Internasional (SI).
7.   Siswa mampu menunjukan contohkan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
                             
 Afektif            :
1.    Siswa mampu melaksanakan sebuah contoh gerak dari hasil pemikiran konsep melalui suatu alat peraga.
2.    Siswa mampu menyempurnakan penegertian gerak melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Siswa mampu memperlihatkan hubungan antara perpindahan, kelajuan dan kecepatan serta gerak.
4.    Siswa mampu mengaitkan rumus dari perpindahan, kelajuan dan kecepatan dengan soal-soal yang di berikan.
5.  Siswa mampu menyelesaikan satuan-satuan yang di gunakan dalam perpindahan, kelajuan dan kecepatan termasuk dalam pengubahan satuan atau pengkonversian ke Satuan Internasional (SI).
6.    Siswa mampu memilih dan membedakan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) serta mencontohkan menurut kehidupan sehari-hari.
II. Metode Pembelajaran:
·         Demonstrasi dan Eksperimen
·         Diskusi Kelompok
·         Penugasan

Referensi

2.  Ariefian84.wordpress.com/2010/07/21/teori-belajar-humanistik/

Taksonomi Bloom


Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk mengklasifikasidan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".

B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives).Pada tahun 1956, terbitlah karya“Taxonomy of Educational Objectives”, Cognitive Domain”.Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik (psychomotordomain).Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.

Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sistematika pembagian /penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifikasikan buku-buku menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).

Adapun taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:

a.    Rana Kognitif :

·         Pengetahuan (Knowledge)
·         Pemahaman (Comprehension)
·         Penerapan (Application)
·         Analisa (Analysis)
·         Sintesa (Syntesis)
·         Evaluasi (Evaluation)

b.    Rana Afektif :

·         Penerimaan (Receiving)
·         Partisipasi (Responding)
·         Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)
·         Organisasi (Organization)
·         Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex).

c.    Rana Psikomotorik :

·         Persepsi (Perception)
·         Kesiapan (Set)
·         Gerakan Terbimbing (Guided Response)
·         Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)
·         Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)
·         Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)
·         Kreativitas (Creativity)

A.  Rana Kognitif

Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :

1.  Pengetahuan (Knowledge)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui.Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut : “siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta perbatasan daerah-daerah propinsi”.


2. Pemahaman (Comprehension)
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.

3.  Penerapan (Application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru.Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.

4. Analisa (Analysis):
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.

5.  Sintesa (Synthesis):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.

6.  Evaluasi (Evaluation):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang baik.
                   
B.  Rana Afektif

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

1.   Penerimaan (Receiving/Attending) :
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.



2.   Partisipasi (Responding):
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :

Ø Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
Ø  Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusudi dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
Ø Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.

3.   Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

4.   Organisasi (Organization)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.

5.   Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex)
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

C.  Rana Psikomotorik

Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :

1.   Persepsi (Perception)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.

2. Kesiapan (Set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.

3. Gerakan Terbimbing (Guided Response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.

4.  Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.Kemapuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.

5. Gerakan Kompleks (Complex Response)
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.

6. Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.

7. Kreativitas (Creativity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mempu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.